THE FIRST 10, SEBUAH PERJALANAN PASANG SURUT BALI UNITED DI KEHIDUPAN SEPAK BOLA INDONESIA!

15 February 2025, 16:34 +08

Tidak terasa waktu begitu cepat berputar dan Bali United FC terus berkembang dengan inovasi dan perjalanan kehidupan sepak bola di Indonesia.

Tim dengan julukan Serdadu Tridatu ini meraih “The First Ten” atau usia ke-10 untuk pertama kalinya pada hari ini, 15 Februari 2025.

Tepat 10 tahun lalu, 15 Februari 2015 klub yang memilih homebasenya di Bali lahir dengan harapan dan cita-cita menjadi klub sepak bola profesional di Indonesia.

“Pada waktu itu sekitar bulan Oktober atau November 2014 terjadi pertemuan antara Coach Indra Sjafri, Michael dari manajemen dan stakeholder lainnya dimana saat itu kami mengakuisisi Persisam Putra Samarinda. Kami melihat saat itu Jakarta, pulau Jawa sudah penuh dengan sebuah klub sepak bola dan kami mencari tahu ada satu pulau yang sudah lama tidak memiliki klub sepak bola profesional. Akhirnya Desember 2014, kami pergi ke Bali untuk meminta ijin kepada pejabat Pemerintah yang menjabat saat itu untuk menjadikan Bali sebagai homebase kami dan selama masih ada suporter kami tidak akan pindah. Maka berdirilah klub Bali United pada 15 Februari 2015 saat itu,” ujar Yabes Tanuri selaku Chief Executive Officer (CEO) Bali United.

Kehadiran Bali United di kompetisi sepak bola Indonesia tidak langsung berjalan mulus.

Baru berusia 3 bulan, pada bulan Mei 2015, FIFA menjatuhkan sanksi kepada PSSI karena dualisme PSSI dan campur tangan Pemerintah yang membekukan PSSI saat itu.

Kompetisi Liga saat itu pun berhenti dan situasi ketidakjelasan berlangsungnya kompetisi tidak berjalan karena menjalani hukuman tersebut.

Melihat banyaknya tim tetap menjalani latihan, Bali United pun membuat turnamen Bali Island Cup 2015 yang dijuarai oleh Arema FC kala itu.

Setahun pasca menerima hukuman, FIFA mencabut sanksi kepada Indonesia melalui Kongres di Meksiko pada bulan Mei 2016.

Di tahun itu juga, kompetisi Torabika Soccer Championship 2016 digulirkan sebagai kompetisi antarklub kasta teratas di Indonesia.

Sebelum pada akhirnya memilih nama Liga 1 sebagai kompetisi resmi kasta utama di sepak bola Indonesia yang bergulir di tahun pertamanya pada tahun 2017.

Skuad Serdadu Tridatu kembali tampil di era ini, dimana dua laga pertama melakoni laga tandang ke Madura United dan laga kandang menjamu Persipura Jayapura menorehkan hasil minor.

Hingga akhirnya pada pekan ketiga, kemenangan mulai dirasakan saat melawan Persela Lamongan di kandang mereka.

Ini menjadi cikal bakal klub Bali United mulai disegani karena permainan atraktif dan produktifitas jumlah gol yang menggila di era itu.

 Serdadu Tridatu sendiri mengoleksi 68 poin dari 21 kemenangan, 5 imbang dan 8 kekalahan dengan total 76 gol yang dicetak ke gawang lawan.

Poinnya sama dengan Bhayangkara FC yang menerima 68 poin namun kalah head to head di musim itu dan keluar sebagai juara resmi di Liga 1 2017.

Mereka mendapat poin tambahan setelah melawan Mitra Kukar yang memainkan pemain larangan bermain dan secara regulasi tim yang dilawan menerima poin kemenangan.

“Saat itu memang Bali United menjadi salah satu tim yang diunggulkan meraih gelar juara. Hanya saja memang keputusan Komdis PSSI sudah keluar yang menyatakan ada poin tambahan untuk Bhayangkara.  Situasi saat itu sedih karena tidak jadi juara di tahun itu dan kami harus menerima keputusan tersebut,” kenang Ricky Fajrin yang menjadi kapten tim musim ini sekaligus pemain angkatan pertama Bali United hingga saat ini.

Meski gagal keluar sebagai juara di tahun itu, namun publik sepak bola Indonesia mengetahui siapa juara sesungguhnya sehingga Bali United mendapatkan julukan sebagai “Juara tanpa Mahkota” pada tahun 2017.

Pasca gagal meraih trofi juara, Bali United terus menuju arah yang lebih baik dengan memperhatikan fasilitas pendukung klub dengan mengikuti penerapan di beberapa klub luar negeri.

Mulailah membangun Bali United Megastore, Bali United Café dan Bali United Playland untuk mendatangkan suporter berbagai usia ke Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar sebagai markas dari Bali United.

Pada musim 2018, Bali United tampil pertama kali di kancah Asia melalui kompetisi AFC Cup 2018 namun tidak berjalan mulus.

Lalu Piala Presiden 2018 melaju hingga babak final bertemu Persija Jakarta dan berakhir sebagai runner up.

Dan Liga 1 2018 hanya menutup kompetisi dengan 45 poin dan berada di peringkat ke-11 di papan klasemen.

Kemudian pada tahun 2019, menjadi awal mula perubahan besar-besaran yang terjadi demi menghadirkan Bali United yang berbeda di musim itu.

Salah satunya adalah mendatangkan Stefano Cugurra dari Persija Jakarta yang sukses mempersembahkan tiga piala buat Macan Kemayoran.

“Cukup terkejut kehadiran Coach Teco ke Bali United yang sukses juara Liga 1 bersama Persija Jakarta di musim sebelumnya. Kita tahu saat musim 2018, Bali United sedang tidak baik di klasemen dan ini menjadi langkah awal perubahan yang baik,” tutur Made Andhika Wijaya, salah satu pemain promosi binaan usia muda angkatan pertama yang kini menjadi bagian skuad utama Bali United.

Kehadiran Teco sebagai nafas baru untuk Serdadu Tridatu langsung melakukan perombakan dalam komposisi pemain.

Tim ini sukses mendatangkan Paulo Sergio, Willian Pacheco, Michael Orah, Gunawan Dwi Cahyo, Leonard Tupamahu dan beberapa pemain lainnya atas hasil evaluasi komposisi pemain Bali United.

Perubahan ini membuahkan hasil, Bali United keluar sebagai juara Liga 1 2019 dengan mengoleksi 64 poin dari 19 kemenangan, 7 imbang dan 8 kekalahan.

Teco berhasil membuat dua tim sukses menjadi juara dalam dua musim beruntun sekaligus menciptakan sejarah pelatih terbaik di musim itu.

“Saat itu kami bermain imbang 1-1 di kandang Persebaya dan membuat mereka memiliki jarak di klasemen dengan kita. Dan saat menang 3-2 atas Persib Bandung membuat peluang jadi juara terlihat dan kami sukses saat laga tandang melawan Semen Padang dan kami resmi menjadi juara serta kami melakukan selebrasi di sana. Lalu saat pulang kami disambut di bandara dan semua suporter menikmati momen juara pertama kali ini,” ucap Coach Stefano Cugurra alias Teco.

Euforia juara dan kembalinya kompetisi di tanah air tidak didukung dengan masalah kesehatan Covid-19 yang melanda di tahun berikutnya yaitu tahun 2020.

Baru menjalankan tiga pertandingan Liga 1, kompetisi Liga 1 resmi dihentikan dan kembali lagi tidak ada pertandingan sepak bola di Indonesia.

Beberapa kali penundaan kompetisi terjadi hingga yang menyebabkan beberapa tim memilih bubar sementara Bali United terus melakukan latihan di Bali tanpa kejelasan kompetisi.

Bahkan pemotongan gaji pemain dan ofisial tim dirasakan oleh skuad Serdadu Tridatu di musim yang berat ini.

Padahal Bali United baru saja juga melantai di bursa saham dengan kode BOLA di tahun 2019.

Setelah satu tahun lebih tanpa kompetisi, Liga 1 2021/2022 resmi bergulir dengan protokol kesehatan yang berlaku sepanjang kompetisi dan tanpa penonton di stadion.

Dan kembali lagi, Bali United sukses merengkuh juara Liga 1 2021/2022 dengan mengoleksi 75 poin dari 23 kemenangan, 6 imbang dan 5 kekalahan.

“Saat itu sistem series atau terpusat dari Jakarta, Yogyakarta dan terakhir di Bali. Kami menjalani semuanya dengan protokol kesehatan yang berlaku. Dan kabar bahagia terjadi saat kami tahu Persib ditahan imbang oleh Persik Kediri putaran kedua yang membuat poin kami di klasemen tidak terkejar dan resmi kembali meraih juara. Perasaannya luar biasa dan tidak bisa digambarkan,” kenang Ricky Fajrin.

Ini menjadi sejarah baru di kompetisi sepak bola Indonesia dimana Bali United menjadi klub pertama yang sukses meraih juara Back to Back Champions.

Sekaligus menasbihkan Stefano Cugurra sebagai pelatih yang luar biasa dengan torehan tiga kali beruntun meraih trofi Liga 1 dengan dua tim berbeda.

Dengan pencapaian yang luar biasa tersebut, Bali United terus berinovasi dan menghadirkan penunjang yang mendukung perkembangan klub Bali United.

Salah satunya dengan pembangunan Training Center Bali United yang berlokasi di kawasan Pantai Purnama, Gianyar.

Lahan seluas 30 hektar ini dilengkapi dengan 8 lapangan dengan fasilitas ruang gym, ruang kesehatan fisioterapi, ruang ganti, ruang pelatih hingga ruang meeting di kawasan pusat pelatihan ini.

Melalui usia 10 tahun sebagai usia yang matang digambarkan seperti peralihan dari anak-anak menuju remaja dan dewasa, Bali United ingin terus menjadi klub sepak bola yang menjadi pelopor dan inovator di Indonesia.  

“Harapannya di usia 10 tahun ini, Bali United yang terus berkembang dengan pembangunan Bali United Training Center yang belum sepenuhnya rampung bisa menjadi wadah bagi semua usia untuk berlatih di tempat ini. Sehingga nantinya banyak pemain yang tumbuh dan berkembang di tempat ini untuk Bali United dan Timnas Indonesia,” harap Coach Teco.

Selamat ulang tahun Bali United, Semoga Jaya selalu di usia baru ini!***


Related Article